SUBAHANALOH!!!!!!!!.INI LAH KISAH NYATA.....SANGAT Miris NASIB 2 Anak Penjual Tisu YANG HARUS BEKERJA UNTUK MENGHIDUPI KELUARGANYA????

Liputan6. com, Jakarta Kulit gadis itu menghitam akibat sengatan mentari yang menyiramnya setiap hari. Wajahnya basah, berkeringat. Busananya nampak lusuh dengan muka memelas, gadis kecil berusia 8 th. ini menawarkan tisu. " Tisu Om, Tisu Tante, " tangkisnya. " Berapa harganya, " tanyaku. " 4. 000 rupiah, Om, " jawab sang bocah menginginkan tisu itu segera dibeli. Selanjutnya aku juga bertanya apakah dia telah makan. Waktu itu, jam telah membuktikan jam 1/2 delapan malam. Tanpa malu-malu dia menyebutkan, " belum makan, Om. " Saya lantas menawarinya. " Saya menyebutkan kakak dulu ya, " ujarnya. Segera, sambil meletakkan tisu, dia pergi menemui kakaknya yang berada di tepi jalan di luar warung makan, Minggu (10/4/2016) malam itu. BACA JUGA Mensos : Penelantar Anak Bisa Dikenai Sanksi Pidana Berat 18 Ribu Anak Jalanan Mudah Dieksploitasi Mensos : 4, 1 Juta Anak Telantar Perlu Perlindungan Agak lama mereka berunding, istriku lantas langsung mendatangi ke-2 kakak beradik itu dan mengajaknya ke dalam. " Saya pengen makan, tapi kelak Tante beli tisu saya ya, " kata sang kakak. Istriku juga mengangguk. Ke-2 bocah perempuan punya rambut pendek itu juga selanjutnya digiring istriku masuk ke rumah makan serta segera ditanya ingin makan apa. Sambil menunggu makanan, sang kakak, Tjut Intan Mutiara (11) serta adiknya Puti Naysilah (8) mulai menceritakan kisahnya ketika kami bebrapa tanya kenapa mereka sampai berjualan tisu. Tiara, sang kakak pernah berhenti sekolah mulai sejak enam bln. lantas karena sebab mesti ke Aceh dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Selama lima bln. ada di Aceh, tak ada kabar serta pemberitahuan ke pihak sekolah. Lantaran itu, tak heran, seandainya namanya dicoret dan mesti menunggu jadwal masuk dan pendaftaran dua bln. lagi. Siswi kelas 4 di satu Madrasah di Citayam, Depok ini akhirnya mesti menunggu berbulan-bulan untuk dapat sekolah lagi. " Jualan tisu ini hasrat saya sendiri, Om. Tiada yang nyuruh dan maksa, " tukasnya. Setiap hari, ke-2 bocah ini harus pergi naik kereta dari Citayam menuju Depok untuk berjualan. Mereka mangkal di depan warung atau rumah makan pecel Mbak Ira, di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. " Saya dan kakak pergi jam sepuluh pagi dan pulangnya jam sebelas Om, " kata si kecil Puti yang tampak berani menjawab setiap pertanyaan kami. 40 bungkus tisu muka (facial tissue) dibawa setiap hari. " 20 saya, 20 dibawa adik pakai tas ini, " tutur Tiara sang kakak tunjukkan tas hitam besar yang digendong. Walau tiada patokan yang diwajibkan untuk mereka waktu setor ke toko yang menyediakan tisu, setiap hari semestinya mereka mendapatkan uang kurang lebih 80 ribu sampai 100 ribu rupiah. " Uangnya ditabung, Om, " jelasnya. Kegembiraan terpancar dari muka mereka saat dua gelas es jeruk telah ada di meja. " Mmm enak, " kata si kecil, Puti. Kami juga melanjutkan percakapan serta mencari tahu siapa mereka sebenarnya. Ternyata ke-2 bocah ini saudara tiri. Tiara sang kakak menerangkan kalau ibunya menikah dengan orang Aceh yang yaitu bapaknya. Selanjutnya setelah wafat th. selanjutnya, menikah dengan pria Karawang yang setiap harinya bekerja sebagai pengamen. Adiknya, Puti yaitu anak bawaan bapaknya yang baru menikahi ibunya sebagian bln. lantas. Tiara serta Putri setiap hari pergi ke Stasiun Citayam bersama adik, kakak umur 13 th. serta ayahnya. Di Stasiun Depok, Tiara bersama Puti berpisah dengan kakak yang berjualan tisu serta ayahnya yang mengamen di sekitaran Depok. Malamnya, mereka bertemu kembali di Stasiun Depok serta pulang ke rumah. " Saya kelak juga sekolah Om bila pendaftaran telah di buka. Tapi, sambil jualan tisu juga. Pagi sampai siang sekolah, sorenya jualan tisu, " tutur Tiara yang agak pemalu. Kelihatannya Tiara telah makan dikarenakan nasi serta lauk ayam goreng dan orek tempenya tak dihabiskan. Adiknya malahan yang mengambil jatahnya walau tak habis juga. " Tadi diberi mi serta telor sama orang di jalan, " kata Tiara. Usai menghabiskan makanan, kami juga membawakan dua bungkus nasi serta sebotol teh untuk dibawa pulang serta dengan senyum mereka melepas kami pulang. " Terima kasih Tante, Terima kasih Om, " kata Tiara dan Puti yang mukanya sudah tidak tampak memelas lagi tapi sumringah.
SUBAHANALOH!!!!!!!!.INI LAH KISAH NYATA.....SANGAT Miris NASIB 2 Anak Penjual Tisu YANG HARUS BEKERJA UNTUK MENGHIDUPI KELUARGANYA????
Reviewed by Monicha Aulia on 18.51 Rating: