Ribuan orang di sejumlah negara turun ke jalan menyudutkan Turki buat mengakui kejahatan pembantaian etnis atau genosida yang ditunaikan pada kurang lebih 1, 5 juta orang Armenia. Perbuatan turun ke jalan itu berlangsung pada hari Minggu yang bertepatan dengan 101 th. genosida Armenia. Genosida itu berjalan th. 1915 saat Turki dipimpin Kekaisaran Ottoman. Presiden Armenia Serzh Sargsyan serta Ibu Negara Rita Sargsyan meletakkan bunga di Monumen Genosida Armenia di Ibu Kota Yerevan. Acara kembali mengenang banyak korban juga dikunjungi oleh bintang Hollywood, George Clooney, serta penyanyi kondang Prancis ; Charles Aznavour, yang merupakan keturunan Armenia. Sargsyan mengfungsikan momen 101 th. Genosida Armenia untuk menarik perhatian internasional berkaitan konflik beberapa waktu terakhir ini di lokasi Nagorno-Karabakh yang disengketakan. ”Saya menjelaskan untuk seluruh dunia untuk didengar ; bakalan tidak ada pembersihan atau deportasi dari Armenia, dari Artsakh (Nagorno-Karabakh). Kami akan tidak membiarkan Genosida Armenia yang lain. Kami, bangsa Armenia, seluruhnya segmen, yang artinya konsolidasi Armenia, ” kata Presiden Sargsyan dalam satu pernyataan, seperti dilansir Russia Today, Senin (25/4/2016). Ribuan orang berkumpul di Moskow sambil membawa bendera Armenia serta Rusia untuk menandai 101 th. Genosida Armenia. ”Memori untuk korban genosida dapat hidup selamanya, ” bunyi satu buah spanduk hitam yang dipajang di Ibu Kota Moskow. Di Yunani, ratusan etnis Armenia serta simpatisannya berbaris melalui Athena untuk mengecam Turki dan Azerbaijan dikarenakan diduga meningkatkan konflik di lokasi Nagorno-Karabakh yang disengketakan. Banyak pengunjuk rasa berbaris ke kedutaan Turki serta Azerbaijn di pusat Ibu Kota Yunani sembari melambaikan bendera Armenia. Ribuan demonstran di Iran ikut serta dalam satu acara di Gereja Katedral St. Sarkis Teheran, di mana mereka juga mendorong Ankara buat mengakui aksi genosida Armenia. Demonstran di Teheran juga mengecam konflik terakhir di wilayah Nagorno-Karabakh. ”Tuntutan kami yaitu bahwa Turki mengakui kebenaran peristiwa serta terima tanggung jawab hukum maka dari itu, ” kata Karen Khanlari, seorang anggota parlemen Iran keturunan Armenia pada Ruptly. Pada th. 1914, pada awal Perang Dunia I, ada sekitaran 2 juta orang Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman. Tetapi jumlah itu mengalami penurunan jadi kurang dari 1/2 juta orang selama delapan th. ke depan. Pembunuhan massal mulai berjalan pada tanggal 24 April 1915, saat 250 cendekiawan Armenia ditahan oleh pihak berwenang Ottoman serta lalu dieksekusi di ibu kota. Tidak sedikit warga Armenia lalu mengungsi, dideportasi, atau di letakkan di kamp-kamp konsentrasi. Mereka memberontak melawan Ottoman serta berpihak dengan Rusia selama Perang Dunia I. Turki—penerus dari Kekaisaran Ottoman—mengakui kalau banyak orang-orang Armenia yang dianiaya ketika itu, tetapi mengklaim bahwa jumlah korban tewas sudah terlampau dibesar-besarkan. Turki juga mempertegas tak ada genosida atau usaha sistimatis untuk membuang minoritas Armenia.